Konsultan Pajak sebagai Navigator Strategi Pajak Jangka Panjang

epajak.or.id Konsultan Pajak sebagai Navigator Strategi Pajak Jangka Panjang: Sebuah Kisah Perusahaan dan Sang Advisor, Pagi itu, langit Jakarta cerah. Di lantai 15 sebuah gedung perkantoran di kawasan Sudirman, suasana kantor PT Arunika Energi terlihat sibuk. Di ruang rapat utama, duduklah Satria, CEO muda yang baru saja memimpin perusahaan energi terbarukan itu. Di hadapannya, duduk seorang pria paruh baya dengan jas abu-abu rapi, rambut setengah memutih, dan wajah tenang penuh pengalaman.

“Pak Bima, kami benar-benar butuh masukan strategis jangka panjang. Pajak kami makin kompleks karena proyek ekspansi ini. Jujur, saya bingung harus mulai dari mana,” ucap Satria sambil menyeruput kopi hitamnya.

Pak Bima tersenyum kecil. Ia adalah seorang konsultan pajak senior yang telah membantu berbagai korporasi multinasional merancang perencanaan pajak yang efisien dan patuh hukum. “Baik, Satria. Kita mulai dari dasar dulu. Perencanaan pajak bukan sekadar cara menghemat pembayaran pajak. Ini soal strategi. Dan strategi berarti jangka panjang.”

Satria mengangguk, lalu menyalakan proyektor. “Ini rencana ekspansi kami ke dua provinsi baru dan pembentukan anak usaha di Singapura untuk pengelolaan teknologi dan dana. Kami ingin tumbuh, tapi tidak ingin dikejar beban pajak yang memberatkan.”

Pak Bima membuka laptopnya, mulai mencatat. “Oke. Pertama, kita akan buat analisis struktur entitas. Anak usaha di luar negeri bisa menguntungkan dari sisi tarif pajak penghasilan badan. Tapi hati-hati, Indonesia sudah ikut dalam inisiatif OECD tentang pajak minimum global. Tahun 2025, perusahaan multinasional dengan omzet lebih dari EUR 750 juta akan terkena pajak minimum 15%. Kalau kita tidak hati-hati, struktur ini justru bisa merugikan.”

baca juga

Satria terdiam. Ia tak menduga bahwa ekspansi luar negeri bisa memunculkan risiko global seperti itu.

“Kedua, kita lihat struktur kepemilikan. Apakah Arunika akan membentuk perusahaan induk, atau tetap terpisah? Ini memengaruhi PPh atas dividen dan PPN antar perusahaan. Jangan sampai kita kena pajak berganda,” jelas Pak Bima.

“Lalu soal PPN, gimana Pak? Proyek kami banyak pakai barang impor dan kontraktor luar negeri.”

Pak Bima tersenyum lagi. “Itulah kenapa kita butuh pemetaan rantai suplai. Banyak perusahaan tidak sadar bahwa pengkreditan PPN bisa tidak maksimal kalau dokumentasinya salah. Saya akan bantu bikin SOP pajak untuk setiap pengadaan barang dan jasa.”

Percakapan itu berlanjut ke isu insentif pajak. Pak Bima menjelaskan tentang fasilitas super deduction untuk kegiatan R&D dan pelatihan vokasi. “Kalau Arunika invest di pengembangan baterai dan pelatihan teknisi, kita bisa ajukan fasilitas ini. Potong pajaknya bisa sampai 300% dari biaya. Tapi harus dirancang dari awal, bukan belakangan.”

Satria terlihat antusias. “Berarti kita bisa desain struktur pengeluaran agar optimal dari sisi perpajakan, ya Pak?”

“Betul. Termasuk pemilihan metode penyusutan aset, pengakuan pendapatan, hingga pengelolaan kas agar tidak overpaid pajak di akhir tahun.”

Di akhir rapat, Pak Bima membuka satu slide terakhir.

“Satria, sebagai advisor, tugas saya bukan sekadar hitung pajak. Saya merancang jalan bagi perusahaan untuk bertumbuh dengan pajak sebagai bagian dari strategi. Kita harus berpikir lima tahun ke depan, bukan cuma laporan bulan ini.”

Tiga bulan kemudian, PT Arunika Energi resmi meluncurkan roadmap perpajakan lima tahun, lengkap dengan kebijakan transfer pricing, SOP kepatuhan, strategi pemanfaatan insentif, dan pengembangan sistem ERP yang terintegrasi dengan Coretax DJP. Semuanya dikawal oleh tim konsultan Pak Bima.

Laporan tahunan mereka tahun itu menyebutkan: “Dengan bimbingan konsultan pajak kami, beban pajak efektif perusahaan turun 13% tanpa melanggar satu pun aturan. Tapi yang lebih penting, kami membangun budaya sadar pajak yang kuat.”

Cerita ini hanyalah satu contoh dari ribuan skenario nyata di dunia bisnis Indonesia. Di balik angka-angka pajak, ada peran konsultan sebagai advisor—navigator di tengah lautan regulasi dan dinamika pasar global.

Dan untuk setiap perusahaan yang ingin berlayar jauh, seorang navigator seperti Pak Bima bukan hanya pelengkap—ia adalah kompas yang tak tergantikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top