Teknologi Perpajakan Dengan Biometrik

https://epajak.or.id Teknologi Perpajakan Dengan Biometrik Tara baru saja duduk di kafe favoritnya ketika notifikasi email masuk ke ponselnya. “Tagihan pajak tahunan Anda sudah bisa dibayarkan,” begitu bunyi subjeknya. Dengan setengah hati, ia membuka email itu sambil menyeruput kopinya. “Duh, urusan pajak lagi… Kenapa sih selalu ribet?” gumamnya.

Di seberang meja, Raka, sahabatnya yang seorang konsultan pajak, tertawa kecil. “Sekarang udah nggak ribet lagi, Tar. Ada teknologi biometrik buat pajak, loh.”

“Biometrik? Kayak sidik jari gitu? Buat pajak?” Mata Tara membulat.

“Iya, bukan cuma sidik jari, tapi juga pengenalan wajah dan pemindaian iris. Ini cara baru buat mencegah penipuan pajak dan pencurian identitas. Jadi nggak ada lagi yang bisa pakai data pajak kamu tanpa izin.”

Tara mengangguk, mulai tertarik. “Tapi aman nggak sih? Data biometrik kan sensitif banget.”

“Justru itu,” Raka menjelaskan. “Dengan teknologi ini, tingkat keamanan data pajak makin ketat. Kata sandi bisa diretas, tapi biometrik itu unik buat setiap orang. Bahkan beberapa negara seperti India udah lama pakai sistem ini.”

Penggunaan biometrik dalam perpajakan bukan hal baru. Sistem Aadhaar di India adalah salah satu contoh sukses, di mana masyarakat menggunakan data biometrik mereka untuk berbagai keperluan, termasuk pembayaran pajak. Sementara itu, di Amerika Serikat, sistem identifikasi wajah mulai diujicobakan untuk otentikasi wajib pajak.

Selain keamanan, ada manfaat lain yang ditawarkan oleh teknologi ini. Misalnya, proses pembayaran pajak jadi lebih cepat dan efisien. Tak perlu lagi mengingat PIN atau membawa banyak dokumen fisik. Wajib pajak cukup melakukan verifikasi wajah atau sidik jari melalui aplikasi pajak resmi.

Namun, seperti halnya teknologi lain, ada tantangan yang perlu diperhatikan. Masalah utama adalah privasi data. Tak semua orang nyaman memberikan informasi biometrik mereka ke pemerintah. Risiko kebocoran data juga masih menjadi perhatian. Oleh karena itu, regulasi yang ketat harus diterapkan agar sistem ini bisa berjalan dengan baik tanpa mengorbankan hak privasi wajib pajak.

“Tapi kalau misalnya data bocor, gimana dong? Kan nggak bisa ganti sidik jari atau wajah?” tanya Tara masih ragu.

“Nah, itu kenapa pemerintah harus bekerja sama dengan ahli keamanan siber. Data biometrik nggak disimpan dalam bentuk mentah, tapi diubah jadi kode terenkripsi yang nggak bisa dibaca sembarangan. Lagipula, kalau dibandingkan dengan sistem lama yang penuh celah, biometrik masih jauh lebih aman.”

baca juga

Tara mengangguk-angguk, mulai paham. “Jadi intinya, ini bikin pajak lebih gampang dan lebih aman?”

“Yup. Kalau kamu takut salah bayar atau ada yang nyuri identitas pajak kamu, biometrik ini solusinya. Tapi kalau masih bingung, ya tinggal tanya konsultan pajak aja,” kata Raka sambil tersenyum.

Tara tersenyum. Mungkin, urusan pajak nggak semenyeramkan yang dia bayangkan selama ini. Dengan teknologi yang makin canggih, semuanya jadi lebih praktis dan aman. Sekarang, tinggal menunggu bagaimana penerapan sistem ini di Indonesia. Mungkin, di masa depan, bayar pajak bakal semudah selfie.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top